Lisa Lazwardi, S.Pd

Menjadi pendidik yang bisa memberikan manfaat untuk orang banyak merupakan impian saat memilih profesi guru. Mengabdi di SMAN 1 Kecamatan Akabiliru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Yasin untuk Uwa

Yasin untuk Uwa

Tantangan Hari ke-93

"Berapa gajimu?" pertanyaan Uwa malam itu, saat kami datang mengantar makanan. Penulis hanya membalas pertanyaan Uwa dengan senyuman. "Lai sakauik?", kembali Penulis tersenyum dan menggangguk. " Ndak kau pantingi ambo do yo?" ekspresi Uwa menunjukkan marah.

Uwa kami berusia 90 tahun waktu itu, semenjak Uwa mulai agak pikun etek melarang kami untuk memberikan uang. Bukan karena pelit, tapi jika kita memberi uang, nantinya Uwa akan sibuk mengatakan uangnya hilang. Seisi rumah akan sibuk mencari, kadang uang itu akan ditemukan terselip di antara lembaran Al Qur'an, di bawah selendang, di saku jaket atau di bawah bantal. Jika belum ditemukan Uwa belum akan tidur.

Uwa, wanita yang sangat istimewa di mata kami. Dari mulai Penulis mulai bisa mengingat tidak pernah sekalipun melewati malam tanpa tahajud. Membaca Al Qur'an sudah menjadi kebiasaan di setiap waktu luang, pagi, sore dan malam. Jika kami mendadak pulang di jam 9 sampai pukul 11, biasanya beliau sedang Dhuha.

Uwa bukan seorang Ustadzah yang mengajar mengaji di surau untuk anak-anak kampung, tetapi Uwa ustadzah untuk cucu-cucunya. Orang yang paling nyinyir kalau kami belum sholat, belum baca Al Qur'an atau belum berangkat mengaji ke surau karena asyik bermain.

Yang paling berkesan buat penulis, semenjak kecil sering menemani Uwa jalan pagi mulai dari kondisi kuat sampai menggunakan tongkat, untuk mengantar belanja ke tetangga-tetangga kami yang kurang mampu. Saat itu Uwa sudah mulai bungkuk, namun kebiasaan dari Atuak untuk berbagi tetap dijalankan walaupun waktu itu Atuak sudah tidak bersama Kami lagi.

"Lisa kalau nanti Kau sudah bekerja, Uwa tidak butuh duitmu." Penulis memandang Uwa heran, " Mengapa begitu Uwa, bukannya kebahagiaan seorang cucu bisa memberi gaji pertamanya buat Uwa dan Atuak?"

"Yang akan Uwa minta padamu hanya satu. Jika nanti Uwa sudah meninggal, jangan lupa setiap malam Jumat bacakan Uwa surat Yasin." Uwa memandang penulis dan bertanya, "Bersediakah Kau?" Dan penulis menjawab, "InsyaAllah Uwa."

"Jangan Kau lupa, niatkan pahalanya untuk Uwa, Atuak dan nenek moyang kita terdahulu." Begitulah permintaan Uwa kami, Ibu kedua yang membesarkan kami semua dengan penuh kasih sayang. Kami tidak pernah disentuh pengasuh anak saat patang orang tua kami bekerja, akan tetapi kami dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh Uwa dan Atuak.

"Sudahkah membaca Yasin malam ini anak cucu Tanjuang?" Dimanapun kita merantau saat ini, itulah permintaan sederhana Uwa kita.

Sakauik : segenggam Ndak kau pantingi ambo : tidak memberi

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bapak ny grogi lisa...hehehee

05 Jun
Balas

Cik gu....

05 Jun

Cik gu....

05 Jun

Cik gu....

05 Jun

Wah keren karyanya pak,ditunggu karya berikutnya ,jngn lupa follow akun saya ya

05 Jun
Balas

Hayo...Bapak gak baca tulisan saya?Ibuk2 ini pak,Terima kasih pak Jofa

05 Jun

hihi masak Ibuk secantik ini dipanggil Bapak......aduh bapak gagal fokus ya Pak...heheheh

05 Jun



search

New Post