Tantangan Hari ke-92

Terjadi perdebatan sengit di ruang GTK Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi. Para juri sedang mempertanyakan pilihan Pak Syaiful untuk Lazwardi, mereka keberatan menjatuhkan pilihan juara kepadanya dengan alasan masa tugas masih baru yaitu 9 tahun.

"Tidak ada alasan masa tugas, karena dari awal penilaian masa tugas sudah memenuhi," jawab pak Syaiful."Bapak ini tokoh masyarakat, pengurus PGRI dan berbagai organisasi sosial di kecamatan dan kota."

"Dari hasil kunjungan rumah dan tinjauan diam-diam ke masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, sangat positif. Beliau banyak memberi untuk masyarakat sekeliling. Pengurus mesjid di kampungnya dan juga di kampung istrinya.'

"Satu hal yang perlu Bapak dan Ibu ketahui, nilai tesnya paling tinggi dan nilai ujian matematika 9. Dan peserta yang lain jauh di bawah ini nilainya" Pak Syaiful menjelaskan kelebihan Lazwardi dibandingkan finalis yang lain." Sore itu rapat penentuan pemenang Guru Teladan Tingkat Provinsi yang otomatis menjadi utusan Sumatera Barat ke Tingkat Nasional.

Sementara di Payakumbuh, Wardi tetap melaksanakan kegiatan sehari-harinya di sekolah, masyarakat dan mesjid. Wardi memahami kalau usianya masih muda dibandingkan peserta yang lain. Namun dari awal pengabdian di kampungnya, tekadnya bulat untuk memberi manfaat bagi orang banyak, bukan untuk sebuah penghargaan.

Seminggu setelah kunjungan Pak Syaiful ke rumahnya, Wardi mendapat panggilan ke Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Payakumbuh. "Selamat Pak Lazwardi, Bapak terpilih sebagai utusan Guru Teladan Tingkat Nasional mewakili Provinsi Sumatera Barat." Bapak kepala dinas menyalami dan memeluknya dengan penuh kebanggaan.

Sungguh sebuah anugerah yang sangat besar, berita yang diterima Wardi hari ini. Hari itu ia juga memenuhi panggilan Walikota ke Balai Kota. Ucapan selamat dari orang nomor satu di kota Payakumbuh ini membuatnya semakin bersyukur atas kurnia Allah yang luar biasa diterimanya.

Orang yang pertama diberi tahu berita gembira ini adalah dua wanita istimewa dalam hidupnya, Ibunda tercinta Mak Cuk dan istri tersayang Maizarti, serta kedua orang mertuanya Pak Bahar dan Mak Rosmani.

Kelima anak-anaknya sangat bahagia ketika mendengar berita Papa mereka akan ke Jakarta. "Papa akan naik pesawat Garuda ke Jakarta," teriak si bungsu Novri, yang masih berusia 4 tahun sambil memeluk Wardi dengan bahagia.

Naik pesawat garuda ke Jakarta, kendaraan yang sangat mahal saat itu. Tidak terbayangkan sebelumnya bagi Wardi, ia akan ke Istana Negara. Temu ramah dengan Bapak Presiden dan Bapak Mentri dan hal istimewa yang sangat diimpikan banyak orang yaitu mengikuti Upacara Kemerdekaan RI ke-41 di Istana Negara.

Sungguh sudah janji Allah, "Ketika Allah mengangkat derjat suatu kaum tidak akan sesuatu halpun yang akan bisa menghalangi" dan "Dan sesungguhnya di balik kesusahan itu ada kemudahan."

#TantanganGuruSiana