Lisa Lazwardi, S.Pd

Menjadi pendidik yang bisa memberikan manfaat untuk orang banyak merupakan impian saat memilih profesi guru. Mengabdi di SMAN 1 Kecamatan Akabiliru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menggapai Asa (Part 17)

Menggapai Asa (Part 17)

Tantangan Hari ke-91

Keluarga merupakan segalanya buat Wardi, menjadi anak tunggal Mak Cuk dan kehilangan ayah di usia belia membuatnya tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan. Memberikan tempat bernaung untuk kelima orang anaknya merupakan sebuah cita-cita yang sangat terpatri dalam hatinya.

Tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang guru, sepulang sekolah langsung menjadi tukang di rumahnya sendiri. Lelah tidak begitu dirasakan, kadang ada kecemasan di hati Amak, mengingat tulang punggung Wardi sudah tidak utuh lagi. Namun Allah memberikan kurnia berupa kesehatan dari sakit yang seolah tidak berbekas.

Tahun 1985, akhirnya rumah itu sudah berdiri, belum ada kaca jendela dan loteng rumah, jaringan listrik belum terpasang. Berdua dengan Daud yang masih kelas 4 SD, setiap malam mereka menempati rumah tersebut dengan penerangan lampu teplok. Mai belum dibolehkannya untuk ikut menginap di rumah tersebut.

Setelah kaca jendela terpasang barulah mereka pindah, walaupun listrik belum ada. Hanya sebuah kamar yang mau mereka tempati dipasangi loteng, sementara ruang yang lain dibiarkan terbuka. Hal ini karena dana yang tidak mencukupi. Miza masih tidur di rumah Atuak dan Uwa karena banyak tugas dan PR yang harus dikerjakan di malam hari, sedangkan penerangan dari lampu teplok tidak memadai.

Walaupun begitu semua anak-anak sangat berbahagia dengan rumah baru mereka. Di suatu siang Mai kedatangan tamu, Bapak Syaiful dari Dinas Pendidikan Provinsi. Bapak ini sangat bersahabat, bercerita tentang kegiatan Wardi sehari-hari, bertanya tempat Mai mengajar, kondisi anak-anak dan kondisi keluarga Mai di Tanjung.

"Itu jemuran kain siapa Bu? Tanya pak Syaiful saat melihat tali panjang yang dipenuhi kain di seberang ruang tamu mereka. " Jemuran kain tetangga Pak," jawab Mai. "Anak Ibu ada berapa orang?" tanya si Bapak lagi. Ketika Mai menjawab lima, Pak Syaiful bertanya heran, "Mengapa tidak satupun saya lihat dari tadi Bu?"

"Anak-anak diajarkan untuk tidak bolak-balik ke ruang tamu, jika ada tamu yang datang Pak.." penjelasan Mai tentang kondisi sekarang. "Wah hebat Ibu dan Bapak," kata Pak Syaiful. Kemudian berpamitan untuk kembali ke Padang.

Setelah Pak Syaiful berangkat, Mai bertanya kepada Wardi. "Siapa Bapak itu Da?" Wardi menjawab, "Bapak itu tim penilai guru teladan. Sedang melakukan penilaian lapangan nampaknya," jelas Wardi.

Mai terkejut, ternyata di sela kesibukan membuat rumah, Wardi terus berkarya di dunia Pendidikan. Dan sudah menjadi nominasi Guru Teladan mewakili Sumatera Barat. "Semoga Allah membukakan jalan untuk suamiku menuju Istana Negara," hati Mai mengucapkan doa tulus untuk Wardi.

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lisa yang pakai sepatu merah yo...

03 Jun
Balas

Tau sajo Ola..

04 Jun

Mantap Bun! Moga semangat sampai akhir hayat

02 Jun
Balas

Terima kasih Bun..Aamiin..

03 Jun

Wah keren bu,ttp berkarya,jangan lupa follow akun saya,mari berbagi

02 Jun
Balas

Terima kasih Pak.Salam kenal

02 Jun



search

New Post